Kehidupan yang kita jalani selama ini ada, dan banyak yang mengganggap sesuatu yang normal-normal saja, bahkan “tidak penting”. Padahal, berapa banyak tenaga yang anda butuhkan untuk menjalaninya? Berapa banyak biaya yang anda keluarkan untuk menyikapinya? Dan berapa banyak waktu yang terserap hanya untuk mengikutinya?
Kehidupan yang sebagian besar mengatakan “biasa-biasa saja” atau normal saja sesungguhnya sangat menyiksa dan memeras, dan itu hanya sementara dan “sandiwara”. Belum tentu ada keindahan hakiki yang terpajang dalam aktifitas yang membutuhkan pengorbanan, belum tentu ada senyum ikhlas yang terlahir dari segala gerak kerja kita, bahkan mungkin belum tentu ada kasih sayang yang terlahir dari aktifitas keseharian yang kita jalani tahunan atau puluhan tahun selama ini. Karena ia tidak berada pada kesadaran akal yang selalu MEMAKSA, karena ia tidak pada keinginan akal yang selalu MEMINTA. Ia ada diluar diluar lingkaran itu. Ia ada pada suara yang tak terdengar, pada kelakuan yang tak bergerak bahkan pada darah yang tak berwarna..........
Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur?
Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.
Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya.
Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inilah, yang rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.
Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm…kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata- mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.
Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu… Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya…
Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu.
Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebahagiaan anda.
Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selau saja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.
Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya.
Tanpa kata, tanpa suara dia berkata… “betapa lelahnya aku hari ini”. Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah kita.
Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.
Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika menggugah jika mengingat itu semua.
Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka “orang-orang terkasih itu” tak lagi membuka matanya, selamanya …
Mulailah hari ini dengan pikiran KASIH, dan langkah SAYANG tuk menggapai pintu KETULUSAN.
Share This
Like This
No comments :
Post a Comment
Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan