tav

02 January 2012

Integrity

Suatu ketika, di sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur, para penasehat kerajaan memiliki rencana untuk menuduh bahwa Sang Raja telah menggunakan kekayaan kerajaan dengan semena-mena. Maksud dibalik rencana tersebut adalah agar Sang Raja bisa digulingkan dan Ketua Penasehat bisa mengambil alih tahta kerajaan. Dalam menjalankan niatnya itu, maka para penasehat menghasut Sang Pangeran agar mau membujuk Sang Raja untuk melakukan perbuatan yang merugikan kerajaan.

Pada saat tengah malam, ketika Sang Raja masih bekerja di ruang kerjanya, masuklah Sang Pangeran ke ruang kerja ayahnya itu. “Ayah, ada hal penting yang ingin saya bicarakan.” Sang Pangeran mengawali pembicaraan.
Sang Raja yang saat itu bekerja dengan diterangi oleh sebuah lilin yang besar kemudian bertanya kepada putranya, “Apakah yang Kamu bicarakan itu masalah pribadi ataukah masalah kerajaan?”
Sang Pangeran agak bingung untuk menjawab, tapi kemudian dengan agak ragu ia berkata, “Eeeh… masalah pribadi Ayah.”
Maka Sang Raja pun menyalakan lilin yang kecil dan kemudian mematikan lilin yang besar itu. “Bicaralah Anakku.”
Dengan keheranan Sang Pangeran bertanya, “Mengapa Ayah mengganti lilin yang besar dengan lilin yang kecil ini?”
Dengan tenang Sang Raja menjawab, “Anakku, lilin yang besar dibeli dengan uang kerajaan dan karenanya hanya digunakan untuk urusan kerajaan. Karena Kamu datang untuk urusan pribadi, maka kita harus menggunakan lilin yang kecil yang dibeli dengan uang pribadi.”

Mendengar jawaban tersebut, maka Sang Pangeran pun menjadi malu. Ia mengurungkan niatnya untuk menghasut Sang Raja. Sebaliknya ia malah membeberkan rencana para penasehat kerajaan. Tak lama kemudian para penasehat kerajaan pun ditangkap dan diberi hukuman yang setimpal. Sang Raja, Sang Pangeran dan terutama kerajaan itu pun bisa selamat dari kekacauan dan penderitaan karena integritas yang dijunjung tinggi oleh Sang Raja.

Catatan: Kisah ini telah dimuat di Lionmag Edisi Juni 2010

Share This


Like This