Sandiwara yang tidak rahasia

Idealnya sandiwara adalah cerita yang penuh dengan rahasia. Sesuai dengan kosa katanya, mestinya tidak nyata sebelum berakhir cerita

Berapa banyak peran yang sudah kita lakoni selama hidup dan berapa banyak nilai yang sudah kita raih?

Ada benarnya bahwa hidup ini memang panggung sandiwara. Dari waktu ke waktu kita sibuk

berperan sebagai ini dan itu. Seringkali malah harus berlawanan. Peran sedih dan gembira dalam waktu yang hampir bersamaan.

“Dunia ini panggung sandiwara..” itu cuplikan awal dari satu tembang lawas berjudul Panggung Sandiwara dan syair-syair lagunya berbicara tentang kebenaran sejati. Memang kenyataan dalam dunia ini penuh sandiwara, ada peran yang wajar dan ada peran yang berpura-pura…
Sampai kapanpun “LABEL DUNIA PANGGUNG SANDIWARA” takan pernah lenyap dan memang terlihat semakin jelas.

Hampir setiap hari, kita melihat di televisi bagaimana orang begitu mudahnya mengatakan sesuatu namun melakukan sesuatu yang terbalik dari apa yang dikatakannya. Para politikus selalu mengatasnamakan rakyat, tapi sesungguhnya untuk kepentingan diri sendiri. Para pemimpin yang seharusnya memimpin namun tindakannya justru harus dipimpin
Selalu Mereka bersandiwara, rakyat menonton bahkan ada rakyat yang menjadi boneka di panggung sandiwara mereka.

Banyak diantara mereka tampil seolah-olah membela kepentingan orang banyak, tapi apa lacur kepentingan diri sendiri dan golongan lah yang mereka perjuangkan. Mereka seperti menggunakan topeng/persona…
Hari ini hitam esok putih dan seterusnya setiap hari mungkin berganti topeng.

Sungguh sulitkah mencari orang yang benar-benar tulus hari ini, karena hampir di setiap lini kehidupan kita akan berhadapan dengan orang-orang yang berlaku licik, penuh sandiwara, lain di muka dan lain di belakang ?
Ada banyak agenda tersembunyi di balik segala kebaikan mereka.
Ironisnya, sikap seperti ini pun seperti wabah yang juga bisa menimpa orang- yang katanya beriman.

Dunia emang panggung sandiwara, permainan yang memainkan episodenya hingga akhir dunia. Jangan susah-susah untuk merubahnya karena memang sudah demikianlah jalan ceritanya.

Ambil pelajaran karena kita bagian dari permainan. Andai harus bersedih, bersedihlah namun jangan berlebihan. Andai harus gembira, gembiralah, namun tetap jangan berlebihan, karena ceritanya mudah berubah dan tidak pasti. Jangan hanyut hingga menghentikan proses pembelajaran. Sesuatu yang bersifat sementara akan hilang tanpa bisa dipertahankan. Ambillah yang terbaik untuk dijadikan acuan bagi kita seandainya kita ditunjuk untuk memerankan satu peran dalam "panggung sandiwara"

Banyak kejadian-kejadian atau tingkah polah yang dapat dipetik untuk disikapi dengan bijaksanan selama kita menjadi penontong bukan sebagai pemeran.

Kita bisa melihat bagaimana seorang menjadi pemimpin sesuai dengan aturan yang mendasarinya namun yang memimpin bukan dirinya sendiri. Pemimpin hanya sebatas cerita episodenya sebatas mimpi dan berakhir setelah sadar. Begitu banyak pemimpin yang pada kenyataannya mesti harus dipimpin sebab tak mengerti jalan kepemimpinan. Memimpin karena alasan aturan yang sesungguhnya tak mengarah pada kepemimpinan. Ada sutradara yang memainkan peranan lebih dalam panggung sandiwara.

Ada juga mereka yang selalunya memberi nasehat, justru kelakuannya harus selalu diarahkan ke arah nasehat yang sering mereka sampaikan. Menasehati sebatas lisan, memimpin sebatas mimpi.

Ada juga yang merasa ikhlas bahkan selalunya berkata ihklas pada tindakan dan ucapan meski ikhlas itu sendiri tak pernah menyambanginya. Itupun bagian dari permainan jadi tak ada kesalahan.
Lalu ada juga yang tupoksi dan kerjanya menghukum, seumur hidupnya merasa benar karena hukum keluar dari padanya walau setiap saat hukuman mengarah kepadanya.

Ada juga yang suka merasa tahu tapi selalu ingin diberi tahu. Ada juga yang suka merasa miskin tapi ndak mau miskin, pun sebaliknya.

Itulah panggung sandiwara dunia yang suka berubah. Tak ada yang lestari kecuali PERUBAHAN ITU SENDIRI.

Share This

Like This