Yakni, jangan mudah mengenakan
dan meniru-meniru ciri kepribadian umat lain. Karena, itu akan menjadi petaka
yang tak mudah reda bagimu. Orang-orang yang lupa dengan dirinya sendiri,
suaranya, gerakan tubuhnya, ucapannya, kemampuannya, dan kondisinya sendiri,
kebanyakan akan meniru-niru budaya bangsa lain. Dan itulah yang disebut dengan
latah, mengada-ada, berpura-pura, dan membunuh paksa bentuk dan wujud dirinya
sendiri.
Sejak zaman Nabi Adam hingga makhluk terakhir ciptaan Allah, tak pernah ada dua orang yang sama persis rupanya. Maka, mengapa masih ada orang-orang yang memaksa diri untuk menyamakan perilaku dan kepribadiannya dengan bangsa lain?
Anda merupakan sesuatu yang lain
daripada yang lain. Tak ada seorang pun yang menyerupai Anda dalam catatan
sejarah kehidupan ini. Belum pernah ada seorang pun yang diciptakan sama dengan
Anda, dan tidak akan pernah ada orang yang akan serupa dengan Anda di kemudian
hari.
Anda sama sekali berbeda dengan
aku dan dia. Karenanya, jangan memaksakan diri untuk berbuat latah dan
meniru-niru kepribadian orang lain!
Tetaplah berpijak dan berjalan
pada kondisi dan karakter Anda sendiri.
Sungguh, tiap-tiap suku telah
mengetahui tempat minumnya masing-masing.(QS. Al-Baqarah: 60)
Dan, bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-hmbalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan.(QS. Al-Baqarah: 148)
Hiduplah sebagaimana Anda
diciptakan; jangan mengubah suara, menganti intonasinya, dan jangan pula merubah
cara berjalan Anda!
Tuntunlah diri Anda dengan wahyu
Ilahi, tetapi juga jangan melupakan kondisi Anda dan membunuh kemerdekaan Anda
sendiri.
Anda memiliki corak dan warna
tersendiri. Dan kami menginginkan agar Anda tetap seperti itu; dengan corak dan
warna Anda sendiri. Sebab Anda memang diciptakan demikian adanya. Kami mengenal
Anda seperti itu, maka jangan pernah latah dengan meniru-niru orang lain.
Umat manusia dengan berbagai
macam tabiat dan wataknya seperti alam tumbuhan: ada yang manis dan asam, dan
ada yang panjang dan pendek. Dan seperti itulah seharusnya umat manusia. Jika
Anda seperti pisang, Anda tak perlu mengubah diri menjadi jambu, sebab harga
dan keindahan Anda akan tampak jika Anda menjadi pisang.
Begitulah, sesungguhnya perbedaan
warna kulit, bahasa, dan kemampuan kita masing-masing merupakan tanda-tanda
kebesaran Sang Maha Pencipta. Karena itu, jangan sekali-kali mengingkari
tanda-tanda kebesaran-Nya.
Tiada suatu bencana yang menimpa
di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan dia telah tertulis
dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. (QS. Al-Hadid: 22)
Tinta pena telah mengering,
lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah
diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka, Katakanlah: "Sekali-kali
tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
kami." (QS. At-Taubah: 51)
Apa yang membuat Anda benar, maka
tak akan membuat Anda salah. Sebaliknya, apa yang membuat Anda salah, maka
tidak akan membuat Anda benar.
Jika keyakinan tersebut tertanam
kuat pada jiwa Anda dan kukuh bersemayam dalam hati Anda, maka setiap bencana
akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa
menjadi penghargaan dan pahala. Lalu mengapa sebagian dan sebagian lagi untuk
menyamakan yang tidak sama ?
Ingatlah, apa yang anda buat
itulah yang menyatakan diri anda
Apa yang anda katakan itu juga
yang menyatakan pemahaman anda
Tidak ada sangkut pautnya dengan
orang lain karena pada akhirnya anda akan tinggal sendiri didalam kesendirian.
Banggalah terhadap apa yang Allah
adakan untuk kita, karena itu satu wujud rasa syukur kepadaNya.
Share This
Like This
No comments :
Post a Comment
Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan