tav

10 June 2013

Harmoni Kehidupan

Entah dari mana datangnya rembulan yang menyapu pipi kanan sebelah kiri atas dibawah dagu yang tak lancip mengembang. padahal tadi barusan langit mendung. Laptopku yang usangpun terlihat samar diatas kedua paha yang tak sama dan terhalang tegarnya kolom rumah yang membatasi bayang rembulan. Bola lampu yang tak muda lagi berayun bergelantungan diatas sembari menyanyikan lagu sepi.

Pagar pembatas diteras atas menambah gelap dan semakin kuat mengukung sinar rembulan.
Akhir-akhir ini suasana memang sedang kurang fokus dengan apa yang dilakukan. Bisa dibilang otak sama hati, tangan dan kaki lagi tak saling bersinergi.

Ada hasrat diri yang melonjak-lonjak meminta suasana yang baru, kegiatan yang baru, keluar dari semua hal membuat diri merasa terkekang. Rasanya ingin melihat hijaunya rerumputan, mendengar kicauan burung nakal bergelanjutan pada sebatang ilalang, namun mesti menunggu besok pagi, itupun jika aku bangunnnya pagi.
Ingin menjauh dari kebisingan lagu rock penyanyi seriosa, dan pergi ke tempat yang nyaman dan tentram sambil mendengar musik yang menentramkan. Baru ingin.

Sejenak pikiran menyambangi ulang suasana beberapa hari ini yang berwarna warni dengan aktifitas yang beragam yang bisa jadi hanya untuk memecahkan waktu beku.
  • Sebagian ada yang “mencorat-coret kertas putih” membuat pola satu rencana aktifitas yang tak pernah selesai. Udah 3 tahun selalu corat dan coret. Perencana yang sebatas rencana.
  • Sebagian ada “berlari kesana dan kesini” menunjukan kepedulian dan kinerja agar terlihat akses dan memiliki kepedulian tinggi sembari senyum sana dan senyum sini, muter bak sebuah gasing memutar cepat disatu tempat dan kemudian jatuh karena keberatan badan diatas kaki.
  • Sebagian lagi ada dari mereka memilih diam seribu satu bahasa plus “menangis” untuk meredam kegalauan dan ketidakberdayaan yang mereka alami dan diselingi curhat mencurhat menumpahkan ketidakmampuan memendam dihati hanya sekedar untuk tetap bertahan.
  • Sebagian pelan pelin memisahkan diri duduk memojok sambil sesekali beraktifitas layaknya sebuah kincir angin yang tak berangin. Ditangan mereka memegang sebongkah kertas usang yang tak mereka pahami dan sebatang tongkat kayu yang tak mereka peduli.
  • Sebagian memilih membagikan pertanyaan orang perorang sambil memegang catatan pesanan untuk pemesan yang tak lapar.
  • Sebagian ada ada yang “masa bodoh” terhadap lingkungan. Selalu sibuk dengan layar monitor games dan FB dan tak merasa terganggu sedikitpun terhadap hiruk pikuk suasana di sekelilingnya.
  • Sebagian lagi ada yang tertawa terbahak-bahak sambil sesekali diskusi politik. Padahal mereka bukan politikus. Diskusi ekonomi padahal mereka bukan ekonom.
  • Sebagian berpikir tentang masa depan. Membujuk setiap orang untuk menyisihkan sebagian hasil pikirnya, mengumpulkannya, dan menyimpannya untuk dibagikan kepada yang lain di musim yang akan datang walau mereka tak pernah tahu kejelasan musim mendatang
  • Sebagian lagi ada yang “kelaparan". Menggedor-gedor pintu gudang untuk mengambil sekarung dua karung beras untuk dimakan. Mereka berpikir bahwa mereka berhak terhadap beras-beras tersebut dan mengumpulkannya

Lalu siapakah yang menjadi pahlawan?
Pekerja, perencana, pengembira, apatis, tertindas, ataukah pendobrak ...

Semua berada dalam satu kesatuan harmoni dunia

Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan