tav

01 October 2012

KARAKTER BERLEBIH-LEBIHAN DALAM PEMAHAMAN

Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).(QS. al-A'râf: 179)

Kecendrungan yang namanya manusia adalah berpikir berlebih-lebihan tanpa pemahaman. Terkadang pemahaman suatu ilmu diplintir bak memeras pakaian basah, ...... dipaksakan. Bahkan terkadang memutuskan dengan latar belakang kehendaknya. Dan tak jarang dipublikasi demi kepentingan yang sekejab dan menggadaikan norma-norma dan etika dalam belajar.

Jika kita mengurut kepada ajaran dan norma-norma Islam yang hakiki,..maka jawabannya Tidak salah. Ketidaksalahan yang saya dimaksud lebih kepada etika dalam penilaian terhadap kemerdekaan berpikir, karena siapapun berhak dan berkewajiban dalam menggunakan akal pikiran dan pemahaman.Namun jika pemahaman personal tersebut dipaksakan untuk diikuti kepada orang lain...maka berlakukan hukum yakni benar dan salah.

Saya tidak akan mengupas benar dan salah karena bukan hak kita menyalahkan ataupun membenarkan apa yang dilakukan seseorang...namun hendaknya hal tersebut kita jadikan iktibar dan komparasi terhadap nilai-nilai keindahan ajaran Islam dan kelakuan Rasulullah.

Kembali kepada keberlebih-lebihan yang namanya manusia. Sehingga banyak “klausul” dari Alquran yang memperingatkan keberbahayaan karakter ini. Dari logika berpikir saja kita punya keterbatasan, oleh karenanya berbuatlah sebatas kemampuan. Jika berlebihan?????

Jawabnya....................., Allah tidak menyukai yang berlebih-lebihan.

Batasan berlebih-lebihan diukur sejauh mana ETIKA dan ADAB dalam berbuat baik lisan maupun perbuatan.

Kecendrungan ini jika telah dipolitisir....maka ayat alquran diatas menjadi sangat relevan dan objektif memahami tingkah dan polah karakter manusia seperti itu.


Share This


Like This