tav

19 December 2014

Mengkoreksi Diri Sendiri

Jalan itu akan menjadi bersih jika selalu dilewati, atau makan itu akan menjadi enak jika selalu dikunyah.

Awal ceritanya kita semua dalam ketidaktahuan. Semua dalam kebodohan, hingga masing-masing kita diberikan pelajaran dan belajar hingga sedikit demi sedikit ketidaktahuan atau kebodohan akan terkikis. Itulah iktibar dari perumpamaan di atas.

Atau dengan kata lain tidak ada sesuatu yang instant dan datang dengan sendirinya, semua dengan proses. Keberhasilan suatu proses tergantung kesungguhan dan kegigihan seseorang dalam mencapainya.

Demikian juga dengan yang namanya pengetahuan/kualitas diri. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas diri adalah dengan sering-sering melakukan koreksi terhadap diri sendiri.

Kenapa diri sendiri harus dikoreksi ?
Sebab, manusia tidak pernah sempurna, manusia sangat mudah tergelincir ke dalam kesalahan, manusia sangat mudah ke luar dari jalur visinya oleh berbagai godaan kehidupan. Bila Anda tulus untuk mengoreksi diri sendiri, itu berarti Anda telah memahami bahwa diri Anda tidak sempurna, dan hal ini akan menjadikan Anda lebih rendah hati untuk selalu belajar tentang hal-hal baru untuk menumbuhkan kualitas diri.

Setiap waktu ada perubahan karena waktu itu sendiri senantiasa berubah. Perubahan adalah pembelajaran terhadap realitas baru. Oleh karena itu setiap waktu adalah pembelajaran dan pembelajaran adalah langkah maju dalam perbaikan diri sendiri. Perbaikan terhadap diri sendiri dengan cara mengevaluasi diri sendiri terhadap ketidaktahuan, kesalahan, dan hal-hal lain yang mengarah pada ketidabaikan, karena sekali lagi kita penuh dengan kealphaan dan kekurangan.

Dengan pemahaman seperti itu, kita akan menemukan diri kita menjadi sangat kuat dan tidak rentan terhadap hal-hal yang memudarkan harapan dan keinginan. Kita akan selalu berpendapat bahwa lebih baik kita tampak bodoh, tapi tetap berada di jalur visi yang terang dan jelas, daripada kita merasa sangat pintar, tapi bingung dengan arah perjalanan diri kita sendiri. Pintar namun selalu berbanding terbalik dengan kepintaran itu sendiri.

Kehidupan selalu beriringan dengan risiko dan peluang. Risiko berpotensi menimbulkan rasa takut dan ragu, sedangkan peluang selalu menimbulkan antusias dan senang. Persoalannya, risiko dan peluang sering sekali sangat sulit untuk dibedakan. Sesuatu yang terlihat sangat berisiko mungkin saja menjadi sebuah peluang yang luar biasa. Dan sebaliknya, sebuah peluang besar mungkin saja menjadi risiko yang merugikan. Diri yang tercerahkan dalam kerendahan hati untuk melakukan koreksi terhadap sikap, pikiran, perasaan, tindakan, rencana dan keadaan. Kerandahan hati karena sadar akan kealphaan akan menjadi diri yang mampu memiliki naluri untuk membedahkan mana risiko dan mana peluang. Disinilah letak perbedaan yang mendasar antara yang mengkaji diri sendiri dengan mengkaji orang lain.

Sikap untuk selalu jujur terhadap diri sendiri akan membangun integritas yang teguh denan kesadaran utuh sehingga hati nurani mampu mengatakan mana yang benar dan mana yang salah dari semua tindakan Anda. Bila hati nurani Anda sudah mampu menjadi alat pengendali diri, maka diri Anda akan menjadi sangat kuat untuk berjalan ke arah visi kehidupan Anda dengan penuh percaya diri. Bahasa kerennya, SADAR DIRI

Dengan kesadaran diri yang selalu alpa dan tidak sempurna kita akan terhindar dari sikap sombong dan menganggap diri kita sempurna. Jika itu berjalan dengan baik, maka yang terjadi dalam diri adalah kesadaran hakiki yang merupakan titik awal dari munculnya kesadaran diri dan integritas. Itulah fondasi bagi penguatan kepribadian, agar dapat mengelola kekayaan potensi hidup dengan berkualitas. Mengetahui diri sendiri melalui nilai-nilai integritas adalah hal yang sangat luar biasa untuk membawa diri menuju puncak kehidupan terbaik.

Kesadaran diri seperti sebuah perpustakaan yang kaya dengan buku-buku kehidupan untuk membekali diri menuju masa depan yang lebih cemerlang. Perpustakaan tersebut akan selalu terbuka terhadap segala pengetahuan dan akan menampung pengetahuan-pengetahuan baru. Dengan senantiasa membuka diri kita akan mendapatkan umpan balik dari orang lain, dan terus-menerus belajar untuk mendapatkan nilai- nilai positif dari pandangan orang lain.

Kosongkan diri kita dari kesombongan pengetahuan, agar kita dapat mengembangkan kekayaan pengetahuan diri dengan lebih maksimal. Sekali kita menganggap banyak tahu dan merasa pandai maka pintu kesombongan akan menutup rapat perpustakaan diri. Pada akhirnya perpustakan diri Anda akan tertutup dan ketinggalan zaman, dan hanya akan terisi oleh buku-buku lama yang mungkin sudah tidak sesuai dengan realitas zaman.

Kesombongan adalah pintu besi dengan jeruji baja terhadap nilai-nilai kebaikan dan kerendah hatian. Ingat ! diatas langit akan ada langit lainnya. Kesombongan hanya akan menutup keridhoan ilmu dan kebaikan.

Kepribadian manusia sangat tergantung kepada keunggulan kesadaran diri. Semakin sadar seseorang tentang jati dirinya, maka dia akan semakin tangguh untuk berjalan bersama proses kehidupannya. Sadar atau tidak, ia akan mengurangi ketergantungan dengan orang lain.

Proses sadar diri untuk penguatan kepribadian selalu harus diperkuat dengan nilai- nilai inti kepribadian. Kemauan untuk selalu berkaca diri melalui evaluasi diri dengan mengacu pada nilai-nilai inti kepribadian akan mengungkapkan jati diri yang asli. Di sini, integritas diri sangat menentukan, apakah diri sudah betul-betul berada di titik tertinggi kesadaran termulia, atau masih dalam BELENGGU KEPENTINGAN.

Semoga bermanfaat

Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan