tav

07 October 2013

Keikhlasan

Tak ada difinisi yang pasti tentang arti dan makna ikhlas. Ikhlas tidak diucapkan dengan merangkai kata, ikhlas juga tidak ditandai dengan besar kecilnya atau jauh dekatnya ataupun bersuara ataupun tidak. Kalaupun ada yang menterjemahkannya, itu hanyalah untuk mendekatkan pemahaman saja sebagai acuan untuk memotivasi segala pekerjaan /hal. Jadi apabila masih ada kata ikhlas yang diucapkan maka semakin jauhlah ia dari keikhlasan itu sendiri.

Ikhlas kepada Allah dapatlah diartikan sebagai mendekatkan pemahaman sebagai mengEsaan, semata-mata pada Al Haqq dalam mengarahkan semua orientasi kegiatan, pemikiran dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah semata tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tidak untuk mendapat pujian maupun celaan, tidak untuk mendapatkan manfaat ataupun mudarat kepada selain Allah atau pada makna lainnya. Seorang hamba harus mengerti dan memahami bahwa tujuan utama ia diciptakan oleh Allah adalah semata-mata untuk beribadah KEPADA ALLAH. Dan ibadah yang dimaksud disini adalah ibadah yangs sesuai dengan syariat-Nya. Ibadah yang diniatkan, dilakukan dan ditujukan hanya kepada Allah guna memurnikan segala yang di tasditkan, diikrarkan, dan diperbuat.

Bisa juga dimaknakan, Ikhlas itu sebagai penjernihan atau penyucian perbuatan dari campuran semua selain Allah atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.

Rasulullah pernah ditanya tentang makna ikhlas, lalu beliau yang suci menjawab :
Artinya : saya bertanya kepada Jibril AS tentang ikhlas, apa itu ? kemudian dia berkata, Saya bertanya kepada Tuhan tentang ikhlas, apa itu , dan Tuhanpun menjawab, yaitu rahasia dari rahasiaKu yang Aku titipkan pada hati orang yang Aku cintai diantara hamba-hambaKu.

Menurut Dzun Nun Al Misri, ada tiga indikasi yang menunjukan keikhlasan seseorang yakni tidak adanya perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang amal perbuatannya didalam amal perbuatannya sendiri dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya di akherat.

Ikhlas merupakan syarat utama dalam setiap amal ibadah. Karena itu hendaklah setiap hamba menunjukan segala perhatiannya, segala pemikirannya, segala gerak geriknya baik lahir maupun bathin semata-mata ditujukan hanya kepada Allah Yang Maha Agung. Tidaklah mengharapkan sesuatu atas segala apa-apa yang dilakukan selain kepada dan hanya untuk Allah.

Manusia haruslah mengerti dan memahami bahwasanya ia dilahirkan dan diciptakan semata-mata hanyalah beribadah kepada Allah. Dan ibadah yang dimaksud disini adalah ibadah yang dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah dan syariat Rasulullah, ibadah yang diniatkan, dilakukan dan ditujukan hanya kepada Allah karena ridhoNya semata untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat

Unsur lain yang wajib sekalian hamba Allah miliki bagi cinta kepada Allah adalah ia haruslah ikhlas kepada-Nya, menjauhkan diri kepada kemusrikan dan rasa riya’ didalam cintanya. Karena itu tidak boleh tidak dan wajib adanya, karena kecintaan wajiblah dengan niat agar tidak tersalah arah. Maka pelurusan akan niat, pengukuhan akan tujuan dan penyucian semua amal agar tidak sia-sia, semuanya tergantung akan ikhlas tidaknya niat tersebut.

Sebagaimana hadist Rasulullah SAW perihal Ikhlas diatas yakni Rahasia dari rahasia Allah maka barangsiapa yang ikhlas kepada Allah dalam segala hal maka akan bersemayamlah cinta di dalam hatinya yang merupakan keimanan, yang sudah pasti di dalam kalbunya akan dipenuhi rasa kasih dan sayang terhadap sesama hamba-hamba-Nya.

Karena itu barangsiapa ikhlas kepada Allah dalam hal apapun maka bersemilah segala keindahan, kecintaan, pepatuhan dan bahagia dalam hatinya yang merupakan keimanan yang sudah barang tentu berbuah kasih dan sayang terhadap sesama hambaNya. Bila sudah demikian hamba tersebut akan dengan penuh pengorbanan untuk membela sesama sebagai makhluk hasil karya atau produk dari Allah SWT.

Ikhlas merupakan syarat bagi diterimanya segala amal saleh ataupun ibadah baik zahir maupun batthin seorang hamba sesuai dengan sunah Rasulullah SAW , sebagaimana firmanNya :
Dan mereka tidak diperintahkan melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama kepadaNya lagi bersikap lurus “ (QS. Al Baiyyinah.5)

Setiap kesenangan duniawi yang disenangi oleh manusia, baik banyak maupun sedikit baik berat maupun ringan akan menghilangkan kemurnian niat dan keihklasan amal jika kesenangan itu “mengkontaminasi” suatu amal, sedangkan tingkat kesenangan manusia kepada dunia dan syahwatnya berbeda-beda.

Amal ibadah yang disertai muatan-muatan keduniaan sedikit sekali memberi manfaat kepada kita. Itulah makanya dikatakan barangsiapa yang umurnya, walau sesaat saja selamat dari tujuan-tujuan lain selain Allah yakni umurnya tersebut diisi dengan keikhlasan semata-mata karena Allah maka selamatlah ia “. Itu tidak lain karena tingginya tingkat IKHLAS.

Sesungguhnya mempertahankan keikhlasan berarti memerangi akan kesenangan-kesenangan hawa nafsu, memutuskan ketamakan dunia dan mengosongkan hati semata-mata untuk akherat.
Artinya : Katakanlah, “ maukah Kami kabarkan kepadamu tentang orang-orang yang amat merugi perbuatannya ? yaitu orang yang telah sesat perbuatannya waktu hidup di dunia, sedang mereka mengira perbuatannya yang baik (QS. Al Kahfi : 103-104).

Selanjutnya apabila telah tertanam rasa keikhlasan kepada Allah akan tumbuh didalam kalbunya kepatuhan yang tak terbantahkan, kepatuhan yang wajib dilakukan terhadap apapun yang diberikan Allah kepadanya. Tidak ada lagi kata senang ataupun susah, perasaan berat ataupun ringan.

Sebagai iktibar didalam kenyataan peri dan laku, masih ada diantara kita yang pada zahirnya sudah melaksanakan ibadah dan sudah meyakini bahwasanya ibadah yang ia lakukan sudah benar adanya dan demikianlah yang diinginkan Allah kepadanya.

Namun pada kenyataan yang disyariatkan oleh Rasulullah tidak sesuai dalam pelaksanaan pemahamannya. Ibadah yang dilakukan tidak semata-mata karena Allah namun mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain. Syariat hanya “dimanfaatkan” sebagai kendaraan untuk kepentingan yang semu (riya’) bukan sebagai pandangan hidup untuk kepentingan yang hakiki dan abadi (ikhlas). Dan ada lagi yang terang-terangan mengkufuri atau mengingkari Allah dan menolak ketentuan syariat untuk kepentingan yang tidak bersyariat. Sungguhm ini satu KETIDAK-IKHLASAN YANG NYATA.

Fenomena tersebut nyata adanya pada saat sekarang ini sebagaimana fenomena tersebut ada dan berlaku pada masa jahiliah sebelum kelahiran Rasulullah dalam hal menyempurnakannya bahkan lebih jauh lagi.

Didalam pandangan ilmu, ibadah semacam itu tidak akan berhasil guna bahkan akan menjadi sia-sia. Sebab tidak dilakukan dengan secara ikhlas karena Allah sekalipun secara lisan mengucapkan lillahi ta’ala.

Maka beribadahlah kepada Allah dalam keadaan penuh ikhlas beragama kepadaNya. (QS. Az Zumar :2)

barangsiapa tujuan amalnya (ibadah) hanya menghendaki kesenangan dan keindahan dunia, pasti Kami sempurnakan balasannya di dunia, sedikitpun tidak dikurangi. Itulah orang-orang yang tidak ada balasannya di akherat, kecuali neraka, lenyaplah semua amal usahanya dan sia-sialah pekerjaannya (QS. Al Hud : 15,16)

Begitulah gambaran dan keterangan dari Allah terhadap kesia-sian amal akibat dari penyakit pamer dan riya’ bukan dengan ikhlas.

Dalam sebuah al hadist disebutkan bahwasanya : “ jika bathin seseorang itu lebih buruk dari lahirnya maka itulah yang dikatakan kezaliman. Jika bathin dan lahir seimbang (balance) maka itulah yang dikatakan keadilan. Dan jika bathin lebih baik dari lahir, maka itulah yang paling utama.

Barangsiapa yang pikiran, perbuatan dan ucapannya sejalan dengan apa yang terdapat dan dikandung di dalam alquran maka ia adalah oang yang IKHLAS kepada Allah dan ia akan senantiasa berada didalam pertolongan Allah dalam menjalankan “peperangan” yang berkecamuk didalam dirinya, unutk kemudian setelah itu ia akan menjumpai dan sampai kepada tujuan yang luhur dan sempurna.

Unutk dapat mengangkat berbagai kesulitan dan halangan yang menghalangi kita untuk memperoleh kemenangan, maka wajiblah kita senantiasa berpegang teguh kepada Alquran sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Muhammad ayat 7 :

hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akan menolongmu dalam meneguhkan kedudukanmu.

Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang tenang dan bahagian tanpa keresahan maka ia wajib berlindung kepada Allah Yang Maha Memberi Ketenangan didalam segala urusannya. Karena dia-lah dan hanya Dia-lah yang dapat menyampaikan manusia kepada “pantai” keselamatan dunia dan akherat, lahir dan bathin. Dan barangsiapa yang mengingikan hidayah dan kemenangan maka ia wajib kembali kepada apa-apa yag digariskan didalam alquran dan mengkaji perkataan Allah agar dapat memahami bahwa tempat berlindung itu hanyalah Allah dan tidak ada yang lainnya. Dan itu hanya dapat dilakukan dengan “kendaraan” ikhlas.

Barangsiapa yang melakukan segala sesuatu perbuatan semata-mata ikhlas karena Allah maka ia akan dapat menghapus sipat-sipat yang dicela oleh syara’ yang ada didalam dirinya dan dapat memperoleh sipat-sipat terpuji. Kelemahan syaraf, kegelisahan, rasa dengki, sombong dan sipat tercela lainnya, semua itu tidak lain kecuali hasil dari KETIDAKIKHLASAN didalam melakukan amal perbuatan.

Sesungguhnya walau kita tidak bisa memahami hakikat ikhlas itu namun setidaknya secara lahiriah ketidak keikhlasan itu tidaklah kita manfaatkan untuk kepentingan sendiri, dan akan menjadi baik bilamana ketidakikhlasan itu tidak keluar dalam bentuk lahiriah. Hal ini dikarenakan ikhlas itu amat rahasia sehingga hanya Allah semata yang mengetahui. Subhanallah.

Ikhlas memang punya makna dan pengertian yang amat beragam dan kesemuanya itu hanya menghampirkan pemahaman sebagai suatu motivasi bagi seseorang yang akan melakukan segala hal yang berkaitan dengan keikhlasan itu sendiri. Ada beberapa ulama dan ahli hikmah yag mengi’tibarkan kata ikhlas itu dengan pemahaman masing-masing diantaranya :

Nabi Yakub as. berkata : “orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebajikannya sebagaimana dia menyembunyikan keburukan-keburukannya”. Assusy ra, berkata : “ ikhlas adalah tidak melihat kepada ikhlas itu sendiri. Barangsiapa yang melihat keikhlasan dalam ikhlasnya maka keikhlasan itu masih memerlukan keihklasan lagi”.

Apa yang dikatakan oleh Assusy ra diatas merupakan isyarat kepada pembersihan jiwa dari sipat ujub (kagum pada diri sendiri) terhadap amal perbuatan, karena menoleh dan memandang kepada keikhlasan diri sendiri berarti ujub menurut perkataan diatas. Jadi amal perbuatan yang murni dan ikhlas itu bersih dari segala ujub dan bangga diri.

Al Fudhail bin Iyadh berkata, meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ dan berbuat amal karena manusia adalah syirik, maka ikhlasa adalah pembebasan Allah pada diri anda dari keduanya.

Oleh karena itulah ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hambaNya. Tidak ada malaikat yang mengetahui dan mencatatnya dan tidak ada setan yang mengetahui dan merusaknya serta tidak ada hawa nafsu yang mengetahui dan mendorongkannya. Dalam hal ibdahpun hendaklah senantiasa kita rahasiakan segala amalan sehingga tidak seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Amalan yang rahasia lebih mendekatkan kepada keikhlasan amal itu sendiri. Hal yang demikian sangatlah sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :

Artinya : sesungguhnya, amalan yang rahasia itu lebih utama daripada amalan yang terlihat sebanyak tujuh puluh kali ganda. (Al Hadist).

Imam Sahal bin Abdullah pernah ditanya, “apakah yang paling berat bagi diri sendiri ?” beliau menjawab, “ Ikhlas, karena dengan ikhlas tidak ada jatah atau bagian untuk diri sendiri”

Dalam sabda Rasulullah SAW tanda seseorang dalam melakukan beribadah yang tidak ikhlas (riya’) adalah :

1. malas ketika bersendirian,
2. sangat rajin dan tangas dihadapan orang banyak,
3. amal ibadahnya meningkat ketika dipuji, dan
4. menurun ketika prilakunya/ibadahnya dicela.

Empat macam inilah secara lahir dapat dipergunakan untuk mengkoreksi diri kita dalam setiap melakukan amal ibadah dengan tujuan agar terhindar dari penyakit tidak ikhlas.



Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan