tav

09 January 2015

Yang ada adalah yang terbaik

Ada kalanya kita diajarkan untuk mengejar mimpi dan cita-cita dengan sekuat tenaga.
Ada kalanya kita diajarkan untuk bersabar dan tabah menyikapi sesuatu hal dalam belajar.
Ada kalanya kita diajarkan kedua hal tersebut secara bersamaan.

Satu momentum yang yang terkadang tak terpikir dan tak teringinkan dalam hidup ini di saat sesuatu “memaksa” untuk berbuat dan diam.
Bukan berbuat dan diamnya yang terkesan sampai saat ini, namun kata “ memaksa”-lah yang menjadi point tak teringinkan. Surprising, dan terasa tidak nyata hingga sekarang.


Awalnya tidakpun terpikir untuk memasuki dunia yang sebelumnya juga tidak teringinkan. Dunia yang penuh dengan intrik dan strategi (baca:politik) yang membutuhkan keteguhan dan keyakinan bagi yang tidak ingin berbuat salah.
Semakin lama aku semakin suka tentang betapa luas dan bergengsinya bidang yang aku geluti. Mengikuti alur cerita dan tindakan dengan payung yang ditetapkan, sedikit ditambah intimidasi dan presure akhirnya akupun bergabung dengan lebel “sertifikat”, apalagi berstandar nasional.

Sampai sekarang momen itu masih ingin aku ulang lagi di kepala saya, meski tidak ingin melaksanakannya hingga berakhir.
Saat itu yang ada di benakku adalah “bagaimana caranya saya bekerja sedangkan saya tak menginginkannya?”

Ada satu sisi dalam diriku yang berkata: “cari cara, jangan menyerah, jangan pernah lepaskan kesempatan hidup di dalam dunia hanya sekali”
Sisi lain berkata: “walaupun tampaknya gak mungkin, pasti ada caranya , pasti ada caranya untuk menyeimbangkan semuanya”

Tapi jauh di dalam diriku, aku sudah memahami dari awal bahwa ini ngak mungkin. Seberapa besar pun niatku untuk menjalankannya sesuai dengan prinsip yang sudah aku gigit dengan graham ini tetap tidak terpecahkan. Dan itu nyata dalam mimpi dan dalam sadarku selama ini. Itu juga yang sempat aku ceritakan kepada teman dan sahabatku cerita tentang mimpi dan sadarku, tentang ketidakmampuan memasuki dunia strategi.

Namun betapa berbinar binarnya mataku saat mendengar cerita tentang this dream job. Tapi kekhawatiran tetaplah kekhawatiran, karena itu berasal dari hati dan rasa yang tak pernah berbohong, something that is certainly honest.

Aku sadar bahwa tanggung jawab mengimplementasikan teori jauh lebih besar daripada sekedar mengucapkannya. Tanggung jawab untuk membuktikan apa yang diyakini dalam bentuk perbuatan telah dengan sadar saya pilih untuk mulai. Terlebih mereka telah memberikan peluang untuk itu, They told me that I would be able to put the position in accordance with the portion. Di momen tersebut, saya berharap mereka benar benar mau membantu dan mendukung apa yang mereka ucapkan, bukan membiarkan.

Anda tahu ? Bagaimana rasanya saat itu dan bagaimana rasanya saat ini.
Mereka seperti memberikan hadiah padaku dan tatkala ingin kugenggam, mereka lalu membuangnya dengan melempar jauh di kepalaku.
Tapi sudahlah, ketidaksukaanku atas mereka sudahpun terkubur dan ter-reinkarnasi menjadi pelajaran bertinta emas diatas sehelai kertas putih.

Satu yang saya tahu pasti adalah saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengejar dan mengimplemenasi harapan ini. Hanya saja Dia punya timing yang lebih tepat dan lebih baik daripada sekarang. Dia meminta saya untuk bersabar dan tabah.

"if your dreams don’t scare you, they aren’t big enough", -----



Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan