tav

15 May 2013

Jujur dan Kejujuran

Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Demikian sebuah ungkapan bijak menuturkan. Ya, kejujuran adalah sebuah sikap yang menunjukkan jati diri seseorang yang sebenarnya. Seseorang yang senantiasa bersikap jujur baik dalam ucapan maupun tindakan, meskipun pahit dan beresiko, bisa dipastikan bahwa dia memiliki integritas moral yang baik.

Islam sangat menjunjung tinggi kejujuran. Dalam Islam, sikap jujur (shidiq) bahkan menjadi salah satu sifat mutlak seorang Nabi atau Rasul. Orang-orang yang berlaku jujur (shiddiqin), dalam al-Quran disandingkan dengan para Nabi, orang-orang yang mati syahid (syuhada) dan orang-orang sholih. Sebaliknya, kebohongan adalah awal dari sebuah kehancuran.

Seseorang yang sudah biasa berbohong, baik dalam ucapan maupun tindakan, pada hakekatnya tengah menjerumuskan dirinya dalam kehinaan. Dia sedang menggali kuburnya sendiri. Karena, serangkaian tindak kebohongan yang dia lakukan, lambat laun pasti akan terbongkar juga. Ibarat kata, sepandai apa pun seseorang menyembunyikan bangkai, lama kelamaan akan tercium juga baunya.

Kalau kita lihat dan amati kondisi saat ini, tampaknya kejujuran sudah menjadi barang langka. Demi menjaga citra diri di hadapan publik, dengan dalih gengsi, karena alasan ingin di’anggap’ oleh orang lain, seringkali manusia-manusia modern dewasa ini tidak jujur pada diri sendiri, lebih-lebih kepada orang lain. Mereka lebih senang memakai topeng, daripada menunjukkan wajah aslinya. Padahal, semakin lama topeng-topeng tersebut mereka kenakan, semakin jauh mereka dari jati diri mereka sesungguhnya. Dan, hakekatnya semakin menyiksa diri mereka sendiri karena harus hidup dalam kepura-puraan.

Orang-orang yang ingin dianggap sebagai orang kaya, misalnya, padahal kenyataannya bertolak belakang dengan kehidupan mereka sesungguhnya, akan bersikap dan bertindak seolah-olah sebagai orang kaya. Semakin dia memaksakan diri mengikuti gaya hidup orang kaya, semakin tersiksa pikiran dan jiwanya. Karena dia harus berpikir keras bagaimana dapat memenuhi tuntutan seolah-olah menjadi orang kaya. Para pedagang, yang hanya menjalankan usaha atau bisnisnya dengan tujuan komersial, yakni menangguk untung sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara, tanpa mengindahkan nilai-nilai moral (agama), akan sangat mudah berlaku tidak jujur alias berbohong. Tidak jarang kita jumpai, mereka berlaku tidak jujur dalam menjalankan roda bisnisnya.

Dalam perkataan, misalnya, mereka bahkan berani bersumpah atas nama Allah ketika seorang pembeli menawar barang dagangannya dengan harga rendah. Dia mengatakan, ‘Demi Allah, sudah ada yang nawar lebih dari itu dan tidak diberikan’, meskipun kenyataannya belum tentu benar. Dalam tindakan, ada pedagang yang mengurangi timbangannya dengan beragam cara, dengan tujuan mendapat keuntungan lebih banyak dari kondisi timbangan normal. Bagaimana pun, kebohongan yang sudah terlanjur mereka lakukan, jika tidak segera mereka sadari dan hentikan, akan terus merongrongnya sampai kapan pun. Untuk itu, berlaku jujurlah baik dalam ucapan ataupun tindakan. Betapapun pahitnya, yakinlah bahwa kejujuran akan lebih dihargai dan mendapat tempat di hati orang lain daripada kebohongan.

Selanjutnya, kejujuran yang menjadi prinsip didalam kehidupan duniawi guna membuka jalan kepada keridhoan Tuhan Yang Maha Kuasa bukan berarti berhenti sampai pada prinsip namun mesti diimplementasikan. Bukan pada lisan yang tegas dan berwibawa namun mesti di aplikasikan pada perbuatan.

Disinilah tahap kejujuran yang berguguran. Dan disinilah pulalah letak bukti kejujuran pada diri.

Mengutip kalimat "cantik" dari BBM seorang teman dari statement bergambar Dahlan Iskan salah seorang "sang pendobrak tradisi " :
  1. Bicaranya Hebat Kerjanya Hebat.
  2. Bicaranya Hebat, Pintar Diskusi, Teori Canggih, namun kerjanya Kurang.
Kalimat sederhana namun sangat mencerminkan kondisi manusia secara umum dan update. Ini sudah semestinya menjadi pertanyaan bagi masing-masing kita, pada posisi yang manakah kita berdiri. (sungguh, jangan dijawab dengan lisan, namun jawablah dengan hati)
Akhir goresan, kejujuran itu standar dan umum, semua orang bisa dan mampu jujur, namun jujur dalam perbuatan itu yang tidak standar dan umum.
Berusahalah untuk berbuat jujur bukan hanya berkata jujur karena didalam perbuatan jujur pasti memerlukan keberanian yang TAK SEMUA ORANG BERANI melakukannya.

Jangan membenarkan kebiasaan namun biasakanlah berbuat yang benar.







Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan