tav

11 March 2014

Aman-ah


NGERI-NGERI SEDAP ... BARANG TUH ...
mengapa?

berikut beberapa alasan dan pertimbangannya.
  1. “Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung- gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim lagi amat bodoh.” (Al-Ahzab 72)
  2. Kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” [Shahih, HR. Muslim]
  3. Barang siapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan siapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang munafik. Disia-siakannya amanah disebutkan oleh Rasulullah saw. sebagai salah satu ciri datangnya kiamat. Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah.
  4. Rasulullah saw. bersabda, “Jika amanah diabaikan maka tunggulah kiamat.”Sahabat bertanya, “Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (Al-Bukhari)
  5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]

Amanah memang sesuatu yang rumit dan cendrung berbahaya jika tidak dilaksanakan oleh ahlinya sesuai dengan tuntunan. Ancamannya jelas dan pasti.
Ibarat pribahasa “dimakan mati ibu , tidak dimakan mati bapak”, sungguh suatu keadaan yang sangat tidak mengenakan dan serba sulit plus membahayakan karena “ancaman”-nya datang dari Allah dan RasulNya.

Jabatan, kepemimpinan merupakan amanah yang berdiri di atas kepercayaan karena kejujuran, kebijaksanaan untuk disampaikan kepada yang memang berhak menerimanya.
Jabatan dan kepemimpinan tidaklah disandang karena keinginan terlebih dengan meminta, bukan juga karena pemilihan dengan cara membeli namun jabatan dan kepemimpinan disebabkan karena penunjukan tanpa sebab promosi dan sosialisasi. Murni karena yang menunjuk percaya dengan yang ditunjuk.

Di dalam ajaran Islam, amanah menjadi bawaan dan tanggungjawab (fitrah) dari setiap insan tanpa pengecualian selama ada kehidupan dan penghidupan yang menyertainya, karena hidup itu amanah untuk disampaikan dengan cara yang baik dan membaikan sesuai dengan kemampuan yang menyandangnya.

“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing-masing kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya”.

Seorang hakim adalah pemimpin terhadap putusannya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya pun dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia juga akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.
Seorang manusia adalah pemimpin bagi dirinya, dan pasti akan ditanya tentang kepemimpinannya.

Jika amanah itu berat, lalu siapa yang berani dan sanggup melaksanakannya?

Sebagai gambaran dalam menjawab siapa orang yang berhak dan sanggup menerima suatu amanah, kita diberikan pedoman oleh Rasulullah . ORANG TERSEBUT HARUSLAH memiliki  KOMPETENSI.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya”. Sahabat bertanya, “ Bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?”. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya” .

Kompetensi ini hendaknya bersifat menyeluruh, jadi bukan hanya sekedar keahlian dibidang yang akan dibebankan kepadanya, tapi juga mencakup kedekatannya dengan Allah dan baiknya sifat yang dimilikinya. Kompetensi yang menyeluruh inilah yang harus dikedepankan.
Kita tidak boleh memilih pemimpin karena pertimbangan hawa nafsu dan kekerabatan (nepotisme). Jika hawa nafsu dan kekerabatan yang dikedepankan, maka kita telah melakukan sebuah pengkhianatan yang besar dan tunggulah kehancurannya.

Tanggung jawab yang sedemikian besar dan berat akan ditambah lagi dengan cobaan dan godaan yang senantiasa mengintai dari sesuatu yang bisa jadi tidak bertanggungjawab bagi seseorang yang dibebani amanah. Walaupun demikian tidak serta merta membuat orang tersebut boleh lari dari kewajiban menunaikan amanah. Jika amanah dipercayakan kepadanya karena integritas dan kompetensinya, maka ia wajib menunaikannya.

Meraka yang diserahi amanah ini, akan mendapatkan kebaikan yang banyak jika menunaikan amanah, pun akan mendapatkan keburukan yang banyak jika amanah ini di khianati. Seorang yang memiliki integritas dan kompetensi pasti akan menyadari hal ini, karenanya ia akan menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.

Pentingnya penunaian amanah bagi setiap orang, apapun kapasitas dan predikat yang disandangnya menjadi bagian penting dan mendasar dalam hidup dan kehidupan dunia sehingga Rasulullah tidak pernah berkhutbah untuk para sahabat kecuali beliau bersabda : “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak pandai memeliharanya”.

Andai dibawa dengan Logika berpikir, maka sungguh sangat berat. Namun yakinilah bahwa Allah tidak akan membebani hambaNya diluar kemampuannya.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah : 45-46)

Faktabiru ya ulil abshar la'allakum turhamun





Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan