tav

24 June 2013

Menyambut Kesucian Ramadhan

Insya Allah. Semoga kita sampai pada Ramadhan yang bentar lagi akan hadir ditengah kehidupan ini.
Insya Allah. Semoga Ramadhan nanti kita bisa lebih baik dalam mempersiapkan titian jalan menuju kepada Yang Maha Penyayang.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, rahmah dan ampunan. Ramadhan adalah bulan kebaikan karena Allah memberkahinya dengan banyak keutamaan yang tidak dianugerahiNya pada bulan lain selain Ramadhan.


Banyak sekali keistimewaan ramadhan dan itu kita bisa dengar dari lisan para ustad dan dai saat menyampaikan tausiah disetiap malam dan siang. Ramadhan adalah bulan suci umat Muslim karena pada bulan ramadhan inilah Allah memerintahkan beberapa inti dari prinsip Agama Islam.  
Apakah sucinya bulan Ramadhan akan membawakan kesucian bagi umat yang merayakan dan mengamalkannya?
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak seorang yang bangun (beribadah pada malam hari) bagiannya dari bangun malamnya (hanya) begadang dan berapa banyak seorang yang berpuasa bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga.”
Mengantisipasi hal tersebut ada baiknya dalam menyambut KESUCIAN Ramadhan kita melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Mempersiapkan persepsi yang benar tentang Ramadhan.
Bergairah dan tidaknya seseorang melakukan pekerjaan dan aktivitas, sangat korelatif dengan sejauh mana persepsi yang dia miliki tentang pekerjaan itu. Hal ini juga bisa menimpa kita, saat kita tidak memiliki persepsi yang benar tentang puasa. Oleh karena itulah, setiap kali Ramadhan menjelang Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya untuk memberikan persepsi yang benar tentang Ramadhan itu.

Rasulullah bersabda :
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan. Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa. Maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari kalian. Karena orang yang sengsara adalah orang yang tidak mendapat rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath-Thabrani) .

Ini Rasulullah sampaikan agar para sahabat - dan tentu saja kita semua bersiap-siap menyambut kedatangan bulan suci ini dengan hati berbunga. Maka menurut Rasulullah, sungguh tidak beruntung manusia yang melewatkan Ramadhan ini dengan sia-sia. Berlalu tanpa kenangan dan tanpa makna apa-apa.

Persepsi yang benar akan mendorong kita untuk tidak terjebak dalam kesia-siaan di bulan Ramadhan. Saat kita tahu bahwa Ramadhan bulan ampunan, maka kita akan meminta ampunan pada Sang Maha Pengampun. Jika kita tahu bulan ini bertabur rahmat, kita akan berlomba dengan antusias untuk menggapainya. Jika pintu surga dibuka, kita akan berlari kencang untuk memasukinya. Jika pintu neraka ditutup kita tidak akan mau mendekatinya sehingga dia akan menganga.

Membekali diri dengan ilmu yang cukup dan memadai.
Untuk memasuki puasa, kita harus memiliki ilmu yang cukup tentang puasa itu. Tentang rukun yang wajib kita lakukan, syarat-syaratnya, hal yang boleh dan membatalkan, dan apa saja yang dianjurkan.

Pengetahuan yang memadai tentang puasa ini akan senantiasa menjadi panduan pada saat kita puasa. Ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk meningkatkan kwalitas ketakwaan kita serta akan mampu melahirkan puasa yang berbobot dan berisi. Sebagaimana yang Rasulullah sabdakan,

"Barang siapa yang puasa Ramadhan dan mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi pelebur dosa yang dilakukan sebelumnya." (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi).

Agar puasa kita bertabur rahmat, penuh berkah, dan bermakna, sejak awal kita harus siap mengisi puasa dari dimensi lahir dan batinnya. Puasa merupakan "sekolah moralitas dan etika", tempat berlatih orang-orang mukmin. Latihan bertarung membekap hawa nafsunya, berlatih memompa kesabarannya, berlatih mengokohkan sikap amanah. Berlatih meningkatkan semangat baja dan kemauan.

Berlatih menjernihkan otak dan akal pikiran.
Puasa akan melahirkan pandangan yang tajam. Sebab, perut yang selalu penuh makanan akan mematikan pikiran, meluberkan hikmah, dan meloyokan anggota badan.

Puasa melatih kaum muslimin untuk disiplin dan tepat waktu, melahirkan perasaan kesatuan kaum muslimin, menumbuhkan rasa kasing sayang, solidaritas, simpati, dan empati terhadap sesama.

Tak kalah pentingnya yang harus kita tekankan dalam puasa adalah dimensi batinnya. Dimana kita mampu menjadikan anggota badan kita puasa untuk tidak melakukan hal-hal yang Allah murkai.

Dimensi ini akan dicapai, kala mata kita puasa untuk tidak melihat hal-hal yang haram, telinga tidak untuk menguping hal-hal yang melalaikan kita dari Allah, mulut kita puasa untuk tidak mengatakan perkataan dusta dan sia-sia. Kaki kita tidak melangkah ke tempat-tempat bertabur maksiat dan kekejian, tangan kita tidak pernah menyentuh harta haram. Pikiran kita bersih dari sesuatu yang menggelapkan hati. Dalam pikiran dan hati tidak bersarang ketakaburan, kedengkian, kebencian pada sesama, angkara, rakus dan tamak serta keangkuhan.

Sahabat Rasulullah, Jabir bin Abdullah berkata, "Jika kamu berpuasa, maka hendaknya puasa pula pendengar dan lisanmu dari dusta dan sosa-dosa. Tinggalkanlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang pada hari kamu berpuasa. Jangan pula kamu jadikan hari berbukamu (saat tidak berpuasa) sama dengan hari kamu berpuasa."

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan dia mengamalkannya maka Allah tidak menghajatkan dari orang itu untuk tidak makan dan tidak minum." (HR. Bukhari dan Ahmad dan lainnya)

Mari kita jadikan puasa ini sebagai langkah awal untuk membangun gugusan amal ke depan. Amal syar’i maupun amal ilmu.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Wahai segenap manusia, pelajarilah ilmu (syar’i). Barangsiapa yang telah berilmu, maka hendaknya ia mengamalkannya.”


Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan