tav

31 December 2014

Sebaik-baik Pemimpin

Orang yang jauh lebih MULIA daripada KITA SEMUA, Abu Bakr Ash Shiddiq, pernah mengatakan, “Saya telah dipilih untuk memimpin kalian, padahal saya bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Kalau saya berlaku baik, bantulah saya. Dan kalau anda sekalian melihat saya salah, maka luruskanlah.”

Sungguh tersirat jelas orang yang selalu dipercayakan Rasulullah sebagai pemimpin, masih menganggap bukan yang terbaik.


Perkatannya telah dibuktikan dengan sempurna pada tingkah dan lakunya, sehingga apabila ada orang yang mengingatkannya, bukan dibenci namun justru dipeluk dan disayanginya. Kalau bukan corak pemimpin sejati, corak apa lagi yang baik untuk mendifinisikan karakter beliau ?

Sebelum menjadi pemimpin, beliau sudahpun dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan dermawan. Lalu apakah kedudukannya sebagai pemimpin merubah kepribadian dan gaya hidupnya ?
Apakah dalam kegemilangan dan kepadatan keberhasilan beliau melupakan kerendahan hati dan sipat pemurah beliau ?
Atau kehidupannya sebagaI pemimpin berada diatas manusia lainnya, atau tetap berada ditengah-tengah manusia lainnya ?

Coba dengar dan teliti apa kata beliau menyikapi hal kepemimpinannya :
“ingatlah hai kaumku, orang yang lemah diantara kalian akan menjadi kuat di sisiku, hingga saya serahkan haknya padanya”, dan ingatlah “orang yang kuat diantara kalian akan menjadi lemah di sisiku, hingga saya ambil yang bukan haknya daripadanya”, “taatilah saya selama saya mencintai Allah dan RasulNya, dan jika saya tidak taat, maka tidak ada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku”.

Pemimpin yang sangat teguh pendiriannya dijalan Allah dan RasulNya. Tak akan merubah sedikitpun sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah walau seluruh alam memandang lain. Dengan kebulatan tekad bukan berarti beliau menyanggah pendapat yang lain karena hal tersebut merupakan prinsip yang tidak dapat dibandingkan dengan sesuatu lainnya. Demi Allah, beliau sekali-kali tak akan merubah dan melanggar sesuatu putusan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah meski disambar oleh srigala sekalipun. Baginya ketetapan dan putusan Rasulllah adalah ketetapan dan putusan yang sempurna dan tak perlu disempurnakan.
Beliau juga tak akan menurunkan pejabat yang telah diangkat Rasulullah kecuali itu keinginan yang keluar dari yang bersangkutan.

Keimanan yang menyala-nyala dibawa oleh pemimpin dan tokoh ini secara diam-diam namun mengandung kedahsyatan yang kuat yang tak terhadalang oleh rintangan dan tak kenal barang mustahil .....

Hal ini terbukti satu waktu Rasululah bersabda,:
"Tak seorangpun yang berjasa kepada kita melainkan telah kita berikan balasannya, kecuali Abu Bakar. Jasanya kepada kita akan dibalas oleh Allah nanti di hari Kiamat";
"Tak ada harta seseorang yang lebih bermanfaat bagiku seperti bermanfaatnya harta Abu Bakar";
"Tidak ada seorangpun yang saya tawari Islam, kecuali ia menanggapinya secara ragu-ragu, kecuali Abu Bakar. Ia langsung menerimanya tanpa bertangguh".

Subhanallah

-------------------------------------------------------------------------


Sungguh orang yang jauh lebih PERKASA daripada kita semua, ‘Umar ibn Al Khaththab, berkata :, “Seandainya tidaklah didorong oleh harapan bahwa saya akan menjadi orang yang terbaik di antara kalian dalam memimpin kalian, orang yang terkuat bagi kalian dalam melayani keperluan-keperluan kalian, dan orang yang paling teguh mengurusi urusan-urusan kalian, tidaklah saya sudi menerima jabatan ini.
Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan.

Perlu digarisbawahi dan renungkan ucapan beliau “ sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan.”

Sungguh tersirat jelas beliau benar-benar tertuju pada kalimat yang akan dipertanyakan Allah nanti kepadanya dan kepada jawaban yang diberikannya pada Tuhannya. Terlebih setelah diangkat menjadi pemimpin, beliau bukan saja mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya, namun juga mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat umatnya sebab menjadi tanggungjawabnya. Bagi beliau, kehormatan tidaklah terletak pada pangkat dan jabatan tetapi pada keberhasilan merebut keridhaan Tuhan.

Beliaulah pemimpin yang dengan tegas menolak KKN sebab satu hal yakni “ sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan.”
Perhatikanlah ucapan beliau kepada kerabat keluarga disaat beliau membuat aturan atau mengeluarkan sebuah larangan, maka terlebih dahulu disampaikannya kepada mereka, : "Saya telah melarang umat mengani hal ini dan itu ....Mereka akan melihat kalian sebagaimana burung pipit melihat daging. Maka jika kalian jatuh, merekapun akan jatuh. Jika kalian taat merekapun akan taat...
Sungguh, demi Allah, tak seorangpun diantara kalian yang melanggar apa-apa yang saya larang, kecuali saya lipatgandakan hukumannya disebabkan hubungannya dengan saya ! Nah siapa yang hendak melakukannya diantara kalian, silahkan dan terserah ... dan siapa pula yang hendak menghindarinya, silahkan dan terserah pula ... !

Keluarga baginya bukan berarti bahwa keadilan boleh dilangkahi dan diinjak-injak atau aturan dapat diabaikan, justru keluarga baginya menjadi ujung tombak yang seharusnya untuk segera tampil di depan disaat melayani dan menghadapi bahaya dan mundur ke belakang disaat pembagian rezeki dan manfaat dunia.

Beliau juga sangat demokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan sepanjang tidak bertentangan dengan Allah dan RasulNya. Hal ini telah ditanamkan beliau kepada seluruh masyarakatnya dalam menyampaikan pendapat,
"Janganlah tuan-tuan mengemukakan pendapat yang menurut tuan-tuan sesuai dengan keinginan saya, tetapi kemukakanlah buah pikiran yang menurut perkiraan tuan-tuan sesuai dengan kebenaran".

Tak pernah khawatir pendapat dan buah pikirannya bertentangan jika membahas masalah, bahkan tak diambil dalam putusan sekalipun, beliau menyambutnya dengan tenang seraya berkata : "pendapat yang saya kemukakan itu timbul dari pemikiran saya". Dan demi Allah, beliau akan sangat takut berbuat kesalahan jika pendapatnya tidak dibantah karena keseganan umat mengoreksinya bukan karena kebenaran yang membenarkannya.
Beliau akan sangat tunduk jika ada seseorang membawa kebenaran kehadapannya dan mengkoreksi perbuatannya meski dari masyarakat kecil dan lemah, dan beliau akan berdiri terdepan dan tegas menghadapi jika melihat dan mengetahui seseorang membuat satu ketidakbaikan meski dari para pembesar dan terpandang. Baginya semua yang dilakukan masyarakat menjadi tanggungjawabnya yang sangat berat sambil menunggu saat perhitungan dari Tuhannya.

Tanggungjawabnya terhadap masyarakat dimulainya dengan menjalani dari tingkat terendah kehidupan mereka. Sebagai contoh saat beliau dihidangkan sajian istimewa, beliau menolaknya seraya berkata :
"amat jelek bagi saya sebagai pemimpin, jika saya memakan dagingnya sedangkan umat hanya tulang-tulangnya".

Subhanallah


-------------------------------------------------------------------------



Dan orang yang jauh lebih DERMAWAN dari kita, ‘Utsman ibn ‘Affan, pernah mengatakan,:
“Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku mengenai tiga hal, selain kitab Allah dan Sunnah Nabi; yaitu agar aku mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin sebelumku dalam hal-hal yang telah kalian sepakati sebagai kebaikan, membuat kebiasaan baru yang lebih baik lagi layak bagi ahli kebajikan, dan mencegah diriku bertindak atas kalian, kecuali dalam hal-hal yang kalian sendiri menyebabkannya.”

Sebelum menjadi pemimpin, beliau adalah dermawan yang sukses membelanjakan hartanya. Seorang Saudagar kaya yang tak menginginkan kekayaan hingga berapapun kekayaan yang diperlukan untuk Allah dan RasulNya, beliaulah yang tampil lebih awal ke depan.
Corak pemimpin yang didominasi oleh sipat malu dan tenggang rasa. Malu bukan kepada teman sejawat melainkan malu kepada Allah dan keyakinannya kepada Rasulullah sehingga dengan rasa malunya tersebut menggetarkan kesadarannya. Sekiranya ia mendustakan keyakinannya apalagi meninggalkannya, maka ia akan merasa malu kepada dirinya sendiri.

Baginya sipat malu dan tenggang rasa tidak hanya merupakan akhlak dan keutamaan semata, tetapi merupakan kekuatan dahsyat yang menguasai seluruh kepribadiannya dan mengendalikan keutamaan-keutamaan ke arah yang dikehendakinya.

Rasul pernah bersabda : " yang paling pengasih diantara umatku adalah Abu Bakar, yang paling keras dalam agama Allah adalah Umar dan yang paling perasa diantara umatku adalah Ustman".

Ucapan pertamanya saat diangkat menjadi pemimpin tidaklah berpanjang lebar sebagaimana pemimpin lainnya, bukan karena tidak mampu atau tidak pandai berbicara, tapi karena rasa malu dan takutnya mengeluarkan banyak perkataan.

Kasih sayang Ustman sebagai pemimpin kepada umatnya sungguh amat menakjubkan dan sama sekali tak dapat diingkari dari yang terkecil sampai kepada urusan yang terbesar. Kasih sayang benar-benar telah menjadi motif utama yang melatarbelakangi kepemimpinannya.

Pemimpin yang dimasa kepemimpinannya terjadi kerusuhan sangat menginginkan penyelesaian secara kekeluargaan, bukan dengan peperangan, hingga keluar kalimat dari bibirnya, "sesungguhnya orang yang teramat saya perlukan saat ini diantara tuan-tuan adalah orang yang dapat menahan tangan dan senjatanya". Demi Allah, saya minta dan saya mohon kepada tuan-tuan semua agar tak ada darah tertumpah disebabkan karena saya ..".

Lihatlah .... apa yang disampaikannya, Tidak ada kata yang lebih tepat baginya kecuali bahwa ia adalah seorang yang saleh dan amat penyayang. Dia tidak ingin kepemimpinannya dilakukan dengan tangan dan perang, tapi dilakukan dengan kasih dan sayang.



Subhanallah

-------------------------------------------------------------------------



Orang yang lebih zuhud daripada kita semua, ‘Ali ibn Abi Thalib, pernah mengatakan, “Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain.”

Beliau adalah putra asuhan wahyu dan murid pertama Alquran, dan ... beliaulah laki-laki pertama yang masuk Islam setelah kenabian Rasulullah. Kepribadiannya adalah kepribadian didikan Rasulullah dan barangsiapa yang ingin mengenalnya, kenalilah dari ucapan-ucapan beliau, karena antara ucapan dan perbuatan sama sekali tidaj ada perbedaan. Jika beliau memerintahkan orang untuk berbuat zuhud, maka beliau lebih dahulu melakukannya. Manakala beliau memerintahkan orang berbuat baik, maka beliaulah orang yang paling banyak melakukannya.

Itulah corak sahabat sekaligus "saudara" generasi pertama yang agung. Corak hari-hari yang indah dimana hari-hari itu banyak diturunkannya wakyu dan risalah dan hari-hari dimana beliau selalu berada dan hidup didalamnya.

Kepemimpinan yang disandangnya bukan karena ingin dan menginginkannya tapi karena tanggungjawab terhadap umat yang membawanya kepada kekhalifahan. Beliau adalah orang yang pertama menolak kepemimpinan yang ditawarkan kepadanya sesudah Ustman wafat. Karena beliau menolak, maka semua orang yang diserahi tanggungjawabpun untuk menggantikan kepemimpinan Ustman ikut menolak hingga terjadi kekosongan kepemimpinan. Itulah yang menyebabkan beliau takut untuk tidak menerimanya kembali setelah dimohonkan kedua kalinya oleh kaum Muslimin.

Jelas, kepemimpinannya adalah kepemimpinan karena ketaatan bukan kepemimpinan karena kemaksiatan.

Jabatan baginya bukanlah merupakan tambang harta bagi kesenangan dan kenikmatan hidup melainkan merupakan beban yang sangat berat bagi yang mendudukinya, yakni jika tidak mendapatkan pertolongan dan perlindungan Allah.

dengan bermodalkan kecintaannya yang kokoh kepada kebenaran, maka mulailah Pemimpin ini melaksanakan tugas beratnya. Kebijakan pertama beliau adalah dengan memberikan tunjangan kepada seluruh masyarakat untuk hidup lebih layak, dengan pemberian tunjangan yang dilakukan Ali dengan satu pandangan bahwa negara tidak memberikan tunjangan kepada masyarakat sebagai harga dari sebuah agama dan imbalan dari keimanan mereka, namun tunjangan diberikan hanya semata-mata untuk melanjutkan kehidupan mereka. Oleh karena itu tunjangan diberikan secara sama dan merata. Baginya ketidaksamaan porsi pada dasarnya akan membuka peluang bertumpuknya harta negara dan itu dapat menimbulkan fitnah bagi agama dan merusak keharmonisan.

Beliau adalah pemimpin yang taat beribadah, ketaatan dan kzuhudannya tidak menghalanginya untuk memperhatikan bahaya kemiskinan dan ancamannya terhadap rohani dan hati nurani hingga keluar ucapan beliau :" seandainya kemiskinan itu seorang manusia, pastilah akan kubunuh dia".

Harta baginya jangan menjadi monopoli atau beredar pada satu tangan kelompok orang tertentu saja, karena jika itu terjadi berarti membekukan fungsi dan mengurangi peranannya. Dengan pemikiran tersebut, beliau mengatakan beberapa kalimat yang menjadi prinsip hukum dan pemerintahannya. Oleh karena itu harta yang berada pada tangan orang kaya bukanlah milik pribadi semataselama disekitar mereka masih banyak orang miskin. Dengan kata lain, : "Allah mewajibkan pada harta orang kaya itu bahan makanan bagi fakir miskin, maka tidaklah fakir miskin akan kelaparan kecuali karena kealphaan pihak si kaya".

Dari corak kepemimpinannya, maka
Dialah pemimpin yang bercita-cita tinggi, besar kemampuannya, berbicara tegas dan menetapkan hukum secara adil;
Dari dirinya memancarkan ilmu dan dari mulutnya mengalir hikmah kebijaksanaan;
Beliau membenci dunia dan kemewahannya sebaliknya menyukai malam dan kesunyiannya;


Subhanallah

Semoga calon pemimpin kita bisa mendidik dirinya dan belajar dari mereka; hingga Anda kelak menjelma apa yang disampaikan Nabi, “Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Yang kalian doakan dan dia mendoakan kalian.”

-------------------------------------------------------------------------



Orang yang lebih adil daripada kita semua, ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, pernah mengatakan, “Saudara-saudara, barangsiapa menyertai kami maka silahkan menyertai kami dengan lima syarat, jika tidak maka silahkan meninggalkan kami; yakni, menyampaikan kepada kami keperluan orang-orang yang tidak dapat menyampaikannya, membantu kami atas kebaikan dengan upayanya, menunjuki kami dari kebaikan kepada apa yang kami tidak dapat menuju kepadanya, dan jangan menggunjingkan rakyat di hadapan kami, serta jangan membuat-buat hal yang tidak berguna.”

"kalau satu saat saya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran ...... tinggalkan, jangan ikuti, dan tetaplah berpegang teguh pada kebenaran itu saja".




Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan