Kita sebagai makhluk sosial mau tidak mau pasti merangkap berbagai predikat untuk kita sandang dan pertanggungjawabkan. Satu tubuh bisa merangkap berbagai predikat, yang wanita, bisa menjadi ibu, istri, anak (yang tak terlepaskan) dan predikat lain, yang priapun akan menjadi seorang ayah, suami, anak (yang tak terlepaskan) dan predikat lain. Mustahil bisa dilaksanakan secara benar dan benar. Karenanya manusia penuh keterbatasan. Allah dan Alam sangat memaklumi itu. Namun bukan karena keterbatasan itu kita tidak berjalan. Berjalan dan bekerjalah dengan kemampuan yang ada dan berusahalah dengan bijaksana. ITU KAPASITAS KITA sebagai MANUSIA yang telah menerima AMANAH.
Terkadang kita melebihkan akal sebagai iman yang sangat dominan dalam kehidupan tanpa mempertimbangkan kemampuan yang hakiki. Sementara predikat mutlak yang wajib kita sandang dan pertanggungjawabkan sering kali bahkan mungkin sama sekali terabaikan.
Pepatah "Eskimo" mengatakan ibarat kelapa lupa tempurung. Sungguh sangat sangat ironis. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian dari kita meminta, bahkan rela membeli predikat demi kepuasan hasrat sesaat yang cendrung menyesat dan menyesakkan hati. Kalau sudah demikian sangat wajar bilamana Tuhan Yang Maha Kasihan enggan mengasihani kita. Alam yang senantiasa memberikan keindahan bosan menebarkan senyum dan wajah berserinya.
Yok, dibulan yang penuh rahmat dan barokah ini kita kembali memulai memahami essensi diri sendiri.
Mari, disaat yang indah dan penuh rahmat ini kita kembali membaca maksud dan tujuan diadakannya diri.
Mari, kita jadikan momentum didalam dada untuk memulai dan tak akan berhenti memulai.
Satu pertanyaan dan iktibar besar didalam Ramadhan ini, KENAPA saat ini KITA MESTI SUSAH-SUSAH menahan lapar dan haus?
Mengapa tidak kemarin-kemarin atau dulu-dulu atau...atau...atau.....
Sungguh ini pertanyaan yang bukan untuk dituturkan.
sungguh ini pertanyaan rasa yang tersimpan didada, dan bukan untuk dituturkan.
Terkadang kita melebihkan akal sebagai iman yang sangat dominan dalam kehidupan tanpa mempertimbangkan kemampuan yang hakiki. Sementara predikat mutlak yang wajib kita sandang dan pertanggungjawabkan sering kali bahkan mungkin sama sekali terabaikan.
Pepatah "Eskimo" mengatakan ibarat kelapa lupa tempurung. Sungguh sangat sangat ironis. Yang lebih memprihatinkan lagi, sebagian dari kita meminta, bahkan rela membeli predikat demi kepuasan hasrat sesaat yang cendrung menyesat dan menyesakkan hati. Kalau sudah demikian sangat wajar bilamana Tuhan Yang Maha Kasihan enggan mengasihani kita. Alam yang senantiasa memberikan keindahan bosan menebarkan senyum dan wajah berserinya.
Yok, dibulan yang penuh rahmat dan barokah ini kita kembali memulai memahami essensi diri sendiri.
Mari, disaat yang indah dan penuh rahmat ini kita kembali membaca maksud dan tujuan diadakannya diri.
Mari, kita jadikan momentum didalam dada untuk memulai dan tak akan berhenti memulai.
Satu pertanyaan dan iktibar besar didalam Ramadhan ini, KENAPA saat ini KITA MESTI SUSAH-SUSAH menahan lapar dan haus?
Mengapa tidak kemarin-kemarin atau dulu-dulu atau...atau...atau.....
Sungguh ini pertanyaan yang bukan untuk dituturkan.
sungguh ini pertanyaan rasa yang tersimpan didada, dan bukan untuk dituturkan.
Share This
Like This
No comments :
Post a Comment
Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan