tav

03 July 2013

Perubahan dimulai dari diri sendiri



Bismillahirrahmanir rahim

Pagi ini.........lembaran pertama dari buku yang namanya kehidupan HARI INI.
Pagi ini juga menjadi lembaran pertama dari buku yang namanya kehidupan HARI ESOK.
Juga menjadi lembaran pertama dari buku yang namanya kehidupan KEMARIN.

Indah atau kurang indahnya hari ini semua ditentukan dari Tulisan awal pada lembaran awal yang akan kita tulis dengan pena LANGKAH AWAL pada pagi ini.
Tak ada yang bisa menghalangi datangnya pagi...karena pagi merupakan lembaran awal dari buku kehidupan yang berjudul CERITA BERANGKAI. Jika kemarin diakhiri dengan tinta hitam,........sekaranglah kita mulai kembali dengan tinta yang putih, karena lembaran awal semestinya putih, dan memang putih.



Mari kita tulis dengan Langkah Niat yang baik, kemudian berusahalah untuk senantiasa diterusi dengan langkah amal yang baik.

Pagi ini aku mulai dengan lantunan ayat  Alquran yang tadi subuh dibacakan di masjid. Ayat ini dibaca berulang-ulang hingga 4 kali. Dan ini yang membuatku ingin memulai pagi ini dengan menulisnya didalam lembaran awal pagiku.






terjemahannya : Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 

Dasar yang relevan dengan Ayat Suci di atas adalah Hadist Rasulullah SAW
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu. dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim)

Dari hadits ini bisa dipetik pelajaran yang lain yaitu:
  1. Wajibnya beramar ma’ruf dan nahi mungkar. Sesungguhnya dengan hal itulah kondisi umat manusia dan masyarakat suatu negeri akan menjadi baik.
  2. Mencegah suatu kemungkaran itu berjenjang atau bertahap sesuai dengan kemampuan. Barang siapa yang sanggup melakukan salah satunya maka wajib bagi dirinya untuk menempuh cara itu.
  3. Iman itu bertingkat-tingkat. Ada yang kuat, ada yang lemah, dan ada yang lebih lemah lagi.

Karena menrubah kemungkaran itu WAJIB, manak sudah selayaknya "yang diwajibkan" untuk merubah kemungkaran bisa berbuat sesuai dengan kemampuan dan tata cara yang bijaksanan, agar kemungkaran tersebut dapat bergantu dengan kebaikan. Mekanismenya tentu tidak serta merta "mentang-mentang" namun harus dipikirkan atau bahasa kerennya memiliki strategi.

Strateginya adalah berpikirlah terbalik (reverse thinking):

Implementasinya kira-kira begini.

Mekanisme merubah kemungkaran didalam hadist :
  1. Merubah dengan tangan (kuasa), jika tidak memiliki kuasa,
  2. Merubah dengan lisan, jika tidak mampu juga, baru
  3. Merubah dengan hati.

Bagaimana mungkin kita merubah kemungkaran dengan kekuasaan jika kita tidak "membenci" kemungkaran itu? Membenci itu pekerjaan HATI
Kita bisa lihat berapa banyak kemungkaran yang dilakukan oleh mereka "yang memiliki kuasa" walaupun lisannya membahana dengan kalimat mencegah kemungkaran, memberantas kebathilan? Itu pasti bermakna bukan membenci namun mencintai, buktinya mereka lakukan.

Oleh karena itu dalam pelaksanaannya PERTAMA, mulailah dengan hati, mulai dari DIRI SENDIRI.
Jika sudah membenci dan konsekuen terhadap keyakinan itu, maka tahap KEDUA sampaikan dengan LISAN.

Tidak ada perkataan yang tidak bersumber dari hati.Insya Allah jika hatinya membenci mustahil lisannya mencintai. Yang "doyan" bohong itu lisan bukan hati.

Tahap KETIGA lakukan dengan kuasa andai kita dipercaya dan diamanahkan atas kekuasaan. Dan ini hanya bagi yang mampu, karena tidak semua manusia diberikan kemampuan untuk merubah dengan kekuasaan ataas orang lain.

Jika semua telah kita tunaikan kewajiban atas suatu kemungkaran, maka yakinilah bahwa :
Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk..

Begitulah seharusnya kita berbuat, bukankah Iman itu membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).


Faktabiru ya Ulil abshar .......................




Share This


Like This

No comments :

Post a Comment

Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan