“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah: 30)
Manusia diciptakan dengan penciptaan yang SEMPURNA pada hakekatnya ditugaskan menjadi pemimpin dan wakil Tuhan di muka bumi ini. Menjadi pemimpin adalah fitrah setiap manusia.
Dari makna katanya, pemimpin adalah orang yang mampu menyelamatkan orang yang dipimpinnya. Atau juga dapat bermakna seseorang yang memiliki ilmu yang akan menunjukan kepada yang dipimpinnya kepada tujuan yang baik, menuntun kepada yang bermanfaat dalam hidup dan kehidupan.
Dan ...... keseringan fitrah itu menjadi “terpuruk” dan “tersembunyi” seiring dengan redupnya keberanian akal untuk menyatakannya dalam bentuk yang nyata. Tanpa adanya keberanian untuk menyatakannya ini menjadi satu penyebab terkubur atau bahkan hilangnya fitrah kepemimpinan dari setiap manusia. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. Tak mengherankan saat ini banyak orang yang menggandalkan orang lain dalam menentukan pilihan hidupnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan “disadarkan” akan besarnya potensi yang mereka miliki.
Untuk membangunkan mereka sebenarnya tidak terlalu sulit. Anda hanya perlu memperkenalkan satu kata kunci kepada mereka. Kata ajaib tersebut adalah “choice” yang berarti “pilihan”. Kata ini mengandung makna yang sangat dramatis. Siapa pun anda, apa pun pekerjaan anda, begitu anda sadar bahwa anda mempunyai pilihan, seketika itu juga anda akan memegang kendali hidup anda. Begitu anda menyadari makna yang dikandung oleh kata “pilihan”, anda akan langsung berubah menjadi seorang pemimpin.
Namun menemukan kekuatan “pilihan”, sebenarnya barulah merupakan langkah awal untuk menjadi seorang pemimpin. Langkah berikutnya adalah menyadari bahwa setiap pilihan yang anda ambil senantiasa memiliki konsekuensi yang sayangnya tidak dapat anda atur. Konsekuensi ini diatur oleh sesuatu yang berada diluar kita, yaitu hukum alam.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah mengambil pilihan dan konsekuensinya sekaligus. Kita tidak dapat memisahkannya karena keduanya berada dalam satu paket. Sikap menerima konsekuensi inilah yang disebut tanggungjawab (responsibility). Inilah hakikat kepemimpinan yang sebenarnya. Kepemimpinan sama sekali tidak ditentukan oleh faktor-faktor eksternal seperti yang biasanya kita kenal dalam dunia politik. Kemimpinan adalah perjalanan ke dalam diri anda sendiri untuk menumbuhkan kekuatan pilihan dan tanggungjawab. Semuanya di dasarkan pada pemahaman yang benar terhadap hukum alam.
Hakikatnya manusia tidak hanya menjadi sekadar makhluk yang berdimensi fisik tapi juga memiliki dimensi lainnya seperti sosial emosional, mental dan spiritual. Ketiga dimensi yang terakhir itu hanya dapat didekati dengan kepemimpinan (leadership). Jadi pendekatan kepemimpinan adalah mengubah manusianya supaya dapat memberikan kemanfaatan dalam hidup dan kehidupan dengan dasar sosial spiritual, emosional, dan mental dan. Pendekatan kepemimpinan menghasilkan hal-hal seperti : kejujuran, integritas, kepercayaan, komitmen, tanggungjawab (responsibility), kematangan , kebersamaan, motivasi, pemberdayaan, rasa memiliki, dan sebagainya pada satu sisi dan diberikan kekurangan, dipermalukan, diberikan ketakutan, dikurangi dan sebagainya pada sisi lainnya.
Share This
Like This
No comments :
Post a Comment
Silahkan menyampaikan pertanyaan, komentar dan saran serta masukan untuk menjadi bagian dalam perbaikan